Bangun jam setengah lima, meninggalkan rumah pukul lima lewat lima belas menit, menuntut ilmu sampai jam setengah empat, kembali ke rumah sekitar setengah lima. Mandi. Makan. Bersiap-siap kembali untuk segera berangkat jam setengah enam, belajar bahasa asing selama tiga kali enam puluh menit, dan baru bisa menjumpai pulau kapuk jam setengah dua belas. Hampir setengah dari satu minggu gue, gue habiskan demikian.

Belum tujuh belas, itu gue.

Satu hari penuh gue dedikasikan demi impian gue, yang mungkin terlalu muluk. Gue bisa pake motor dan ga keberatan untuk pergi ke mana-mana pake kendaraan roda dua itu, tapi dilarang, dan orang yang melarang gue adalah orang yang memaki gue karena harus menjemput gue.

Belum tujuh belas, itu gue.

Orang yang merasa gue merepotkan, adalah orang yang paling gue pengen buat bangga.

Gue cuma pengen keluar dari negeri ini, menerima pendidikan yang tidak menganjurkan dogma-dogma menjijikan yang membuat gue muak. Membiayai sendiri pendidikan gue, tidak bergantung, yang ga mungkin gue lakukan di negeri yang hidup segan mati tak mau, negeri yang lebih mementingkan pemilu daripada pendidikan, negeri yang ironisnya telah menghidupi gue dan gue akan marah kalau ada orang asing menghinanya. Negeri yang gue benci sekaligus gue cintai, Indonesia.

Belum tujuh belas, itu gue.

Belum dewasa, itu gue ga tau.

Yang pasti gue ngantuk, gue pusing, gue flu.

Gue pengen bunuh nyamuk...

Label: Blog