<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://draft.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d5684595003711672539\x26blogName\x3dSevere+Acute+Sarcastic+Syndrome\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://sapu-sapu.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3din\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://sapu-sapu.blogspot.com/\x26vt\x3d275128673141338016', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
Congratulation!

You have been astrayed to an obsessed girl's blog named Sapu!

Please flounder your stay.


Quick Facts

Sapu
17 y.o.
High School Student


See Through

Catherine Bana Aurora's 

Facebook Profile




Shout Up and Drive


ShoutMix chat widget


Outer Space














Old Cases

Juli 2008
September 2008
Oktober 2008
November 2008
Desember 2008
Januari 2009
Februari 2009
Maret 2009
April 2009
Mei 2009
Juni 2009
Juli 2009


Kitchen

Design and Code
Sapu

Image Upload
Photobucket

Blog Host
Blogger
Kamis, Januari 29, 2009
Morning - Afternoon - Evening - Night - and wait 'till it stop.
"Global warming itu ga ada, yang ada namanya climate change."

Itu kata temen gue yang katanya anak indigo.

Dan yeah, emang itu bener. Bumi mengalami perubahan iklim. Tahu zaman es? Dan sekarang kenapa kita bisa melihat Indonesia tercinta tanpa es alami setitikpun di atas daratannya? Global warming itu isu yang emang seharusnya terjadi di bumi ini. Sesuatu yang natural. Siklik.

Yang mau gue bahas di sini bukan masalah global warmingnya. Tapi perilaku manusianya. Zaman dulu waktu perubahan iklim secara siklik itu terjadi, belom ada campur tangan manusia di dalamnya. Semua berjalan secara natural, nggak artifisial. Piramida makanan, rantai ekosistem, semua terjalin dengan alami. Saat memang satu populasi harus mati, maka matilah. Seleksi alam teori Darwin. Bukan bermaksud menyamakan diri dengan kera, namun memang benar kan? Alam melakukan seleksi, setidaknya itu yang gw tangkep dari enam ratus ribu rupiah per bulan di SMAN 8 Jakarta. Dan kini ada satu spesies yang ngga mau kena seleksi alam. Mereka mengenal yang namanya 'takut' dan 'teknologi'. Kalau dulu climate change disebabkan oleh faktor abiotik, kini bisakah kita bilang kalau faktor biotiknya tidak lebih memengaruhi perubahan-perubahan belakangan ini?

Gue manusia, dan gue kenal teknologi.

Satu yang pengen gue bilang adalah: bumi ini udah rusak.

Yang harus ditakuti bukan global warmingnya atau efek rumah kacanya, tapi apabila siklus perubahan iklim terhenti. Ha, jangan bikin gue tertawa kalo lo bilang lo ga takut dan ga peduli akan itu. Sekali siklus itu berhenti, maka siapa yang mau membuat siklus itu kembali lagi? Mau sih, mau, tapi apa bisa?

Gue selalu merasa bahwa jagat raya ini seperti bola, kita di dalamnya. Lobang tempat kita meniup udara untuk dimasukkan ke dalam bola supaya menggembung adalah black hole dan apa yang ada di luar sana? Bola-bola yang lain yang lebih besar, atau bahkan manusia raksasa? Well, itu filosofis. Kalo bagi gue, ngayal. Sophie's world aja gue belom selesai baca. Hahaha.

Bumi hanya satu dari sekian tak terhingga pori-pori bola tersebut. Pori-pori yang rapat, yang bila satu hilang, tidak akan ada masalah saking rapatnya. Manusia lebih kecil daripada bumi. Dan, hell, merusak bumi tanpa ada rasa bersalah sedikitpun?

Ada beberapa hal yang gue benci dari perilaku manusia zaman sekarang. Gue mengambil contoh yang paling dekat dengan gue, yaitu anak-anak SMA. Sebut saja namanya Fred Bloggs.

Satu, Fred suka memakai styrofoam.
Oh, please, sudah tahu kan, styrofoam itu apaan aja komposisinya? Jijiknya, kenapa orang zaman sekarang ngga peduli hal macam begitu? Bukan masalah sulit diuraikannya. Masalahnya apa pula orang-orang dodol ini. Pernah gue lihat orang dengan begonya duduk di depan gerobak mie ayam dan makan dengan styrofoam sebagai tempatnya, meski jelas-jelas di gerobak itu beberapa mangkuk masih bertumpuk, bersih.
Please deh, hentikan pasar styrofoam karena cuma bikin orang males makan pake mangkok kaca yang lebih ramah lingkungan. Kalau terdesak ya jangan makan, atau kalau makan, cepet aja, ga ada yang suka liat lo makan kayak putri solo deh. Apa susahnya sih?

Dua, Fred suka membuang sampah sembarangan.
Ah, ya, coba pikir: satu orang satu tisu, satu gram. Seribu orang berpikiran sama dengan Fred, satu kilogram tisu. Pernah liat pack tisu yang besar itu? Satu kilo aja ngga nyampe, 900 gram biasanya. Dan lo masih mau berpikir untuk menjadi bagian dari orang-orang goblok itu? Ayolah, cari tempat sampah apa susahnya sih? Simpen dulu di kantong atau sekadar dipegang sampe nemu tempat sampah susah ya? Wow, gue heran kenapa lo masih hidup saat ini.

Tiga, Fred berpikir lebih baik membangun jalan tol daripada jalur khusus sepeda.
Satu hal yang menghambat gue untuk bike to school adalah karena ga ada jalurnya. Sebodo amat? Bah, mau mati apa gue? Gue masih tetap manusia yang kenal teknologi. Mungkin kalo lo liat di Ginza atau New York, lo akan jarang menemukan anak muda dua puluhan yang bekerja menggunakan mobil pribadi sebagai angkutan utama. Di sana jarang sekali tempat parkir. Pernah gue ketawa karena menemukan di halaman FAQs web MIT tentang "where's the parking lot?"
Sedikit banyak, semakin langka tempat parkir mobil, orang akan makin males memakai kendaraan pribadi itu. Kereta, sepeda, dan kendaraan massal lainnya akan difungsionalkan sebaik mungkin. Ironis, Indonesia hanya berpikir tentang kemacetan sementara warganya sendiri tidak sadar siapa penyebab kemacetan itu. Angkutan kota yang ga dapet penumpang, right? Dan siapa yang menyebabkan angkot itu hilang peminatnya? Yak, pengguna kendaraan pribadi. Selamat ya.

Empat, Fred berpikir merokok itu keren dan orang dewasa yang merokok itu suatu hal yang wajar.
Ah, ya, daripada rokok, beli saja baygon sana. Lebih menyenangkan kan? Langsung mati tanpa ada embel-embel yang terakumulasi di tubuh dan perlahan-lahan membunuhmu dengan berbagai penderitaan. Gunakan saja guillotine kalo ingin menghabisi hidup. Less pain, others will not suffered though.
Pikirkan saja orang-orang yang kena asap rokok yang lo bakar. Perintah ketujuh dari Ten Commandements adalah "Jangan membunuh". Gue yakin di agama lain pun akan melarang pembunuhan. Dan hisaplah rokok, maka kau sudah menjadi pembunuh! Hahaha. Senang, begitu?

Lima, Fred beli satu buah sabun dan satu kantong snack. Dia membawa pulang dengan kantong plastik yang berbeda.
Pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan itu namanya eksploitasi. Hal begini ini, yang dinamakan eksploitasi minor. Satu oknum. Sayangnya oknum itu sepertinya sudah menjalarkan ideologinya melalui telepati ke oknum lainnya. Ngaku saja, siapa yang beli beng-beng di indomaret dan masih meminta plastik?

Sepele semua kan? Sayangnya perilaku manusia yang sepele macam itu tidak akan jadi sepele kalau dilakukan bersama-sama. Kumulatif. Secara kolektif baru bisa terlihat akibatnya.

So, masih mau menjadi bagian dari orang-orang goblok berpikiran pendek itu?

Selamat, karena Anda sudah bergabung di 'komunitas penghenti roda gigi bumi'!





Jujur, alasan gue mau ke luar negeri adalah menghindari asap metro mini dan asap rokok yang bertebaran di sekitar rongga hidung gue. Gue ga punya asma, tapi gue ga pengen paru-paru gue kotor cuma gara-gara kelakuan orang goblok macam itu. Sori aja kalo gue pake kata 'goblok' karena emang pada dasarnya kan? Apa namanya kalo bukan goblok? Anak TK diajari mengenai ini itu dan mereka patuh, cuma orang goblok kan yang lebih bego dari anak TK?

Label:



Hereby declared, 20.45.00. 2 Comments